PERJALANAN
HIDUP SETELAH DIMAKSUKAN LIANG LAHAT
Adakah dari
kita yang tidak mengetahui kedatangan kematian pada kita? Apakah satu bulan
lagi, satu minggu lagi, satu hari lagi, satu jam lagi, bahkan satu detik lagi
kita akan dijemput oleh kematiaan?
Betapa
sibuknya kita dengan planning-planning dunia, menempuh pendidikan tinggi untuk
mendapatkan posisi jabatan yang tinggi, kebahagiaan dunialah yang pada akhirnya
dituju, pagi siang sore sampai malam sibuk mencari harta yang pada akhirnya
akan kita tinggalkan.
Allah SWT
telah berfirman,
“Setiap jiwa
pasti akan merasakan kematian. Dan kami benar-benar akan menguji kalian dengan
kejelekan dan kebaikan, dan kepada kamilah kalian akan dikembalikan.” (QS. Al Anbiyaa’: 35).
Maka
persiapkanlah bekal untuk menempuh jauhnya perjalanan.
Allah Ta’ala
berfirman, yang artinya,
“Dan tiadalah
kehidupan dunia ini melainkan hanya permainan dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al
An’am: 32)
Diantara bentuk-bentuk adzab
kubur dan kriteria orang yang mengalaminya:
1. Dipecahkan kepalanya dengan
batu, kemudian Allah tumbuhkan lagi kepalanya, dipecahkan lagi demikian
seterusnya. Ini adalah siksa bagi orang yang mempelajari Al-Qur’an lalu tidak
mengamalkannya dan juga siksa bagi orang yang meninggalkan sholat wajib.
2. Dibelah ujung mulut hingga ke
belakang kepala, demikian juga hidung dan kedua matanya. Merupakan siksa bagi
orang yang pergi dari rumahnya di pagi hari lalu berdusta dan kedustaannya itu mencapai
ufuk.
3. Ada kaum lelaki dan perempuan telanjang berada dalam
bangunan menyerupai tungku. Tiba-tiba datanglah api dari bawah mereka. Mereka
adalah para pezina lelaki dan perempuan.
4. Dijejali batu, ketika sedang
berenang, mandi di sungai. Ini merupakan siksa bagi orang yang memakan riba.
5. Kaum yang separuh jasadnya
bagus dan separuhnya lagi jelek adalah kaum yang mencampurkan antara amal
shalih dengan perbuatan jelek, namun Allah mengampuni perbuatan jelek mereka.
6. Kaum yang memiliki kuku dari
tembaga, yang mereka gunakan untuk mencakari wajah dan dada mereka. Mereka
adalah orang-orang yang suka memakan daging orang lain (menggunjing) yakni
membicarakan aib mereka.
Apakah Adzab
Kubur terjadi terus-menerus atau kemudian berhenti ?
Pertama,
untuk orang kafir yang tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka adzab
berlangsung terus-menerus. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya,
“Kepada
mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat
(Dikatakan pada malaikat): Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang
sangat keras.” (QS. Ghafir: 46)
Demikian juga
dalam hadits Al Barra’ bin ‘Azib tentang kisah orang kafir, “Kemudian dibukakan
baginya pintu Naar sehingga ia dapat melihat tempat tinggalnya di sana hingga hari kiamat.” (HR.
Imam Ahmad)
Kedua, untuk
para pelaku maksiat yang ringan kemaksiatannya, maka adzab hanya berlangsung
beberapa waktu kemudian berhenti. Mereka disiksa sebatas dosanya, kemudian
diberi keringanan. (lihatTahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)
Penghalang Masuk Surga
1. Syirik kepada Alloh SWT
“Sesungguhnya orang-orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga
kepadanya, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang zalim
itu seorang penolongpun (QS 5:72).
Rasulullah Saw sangat khawatir bila umatnya memiliki sifat
riya, beliau bersabda:
ِانَّ اَخْوَفَ مَا اَخَافُ عَلَيْكُمْ اَلشِّرْكُ
اْلأَصْغَرُ. قَالُوْا: وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟. قاَلَ:
اَلرِّيَاءُ
Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada
kalian adalah syirik yang kecil. Sahabat bertanya: “apakah syirik yang kecil
itu ya Rasulullah?”. Rasulullah menjawab: “Riya” (HR. Ahmad).
Termasuk syirik kepada Allah adalah mempercayai
perdukunan, ramalan-ramalan nasib, tahayyul, jimat, sihir, jampi-jampi yang
tidak berdasar, kepercayaan-kepercayaan yang tidak sesuai dengan aqidah Islam
dan sebagainya.
2. Kesombongan
Kesombongan merupakan sifat yang
sangat tercela, Rasulullah bersabda :
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ
مِثْقَالُ ذََرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ.
Tidak masuk surga orang yang di dalam hati ada kesombongan
meskipun hanya sebiji sawi (HR.Muslim).
Disamping itu, Allah Swt lebih murka lagi kepada orang
menyombongkan diri dengan dosa yang dilakukannya atau bangga dengan dosa, hal
ini membuat ia semakin sulit untuk bisa masuk ke dalam surga sebagaimana
dikemukakan dalam firman-Nya: Sesungguhnya orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami dan menyombongkan diri kepadanya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi
mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk ke dalam surga hingga
unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah kami memberi pembalasan kepada kepada
orang-orang yang berbuat kejahatan (QS 7:40).
Pertama,
Merasa menjadi orang yang paling baik dan benar sehingga ia menjadi orang yang
mau menang sendiri. Ini bermula karena ia memiliki kelebihan-kelebihan, namun
ia tidak melihat bahwa banyak orang yang memiliki kelebihan yang lebih hebat
dari kelebihan yang dimilikinya.
Kedua,
Tidak senang pada saran, hal ini karena ia sudah merasa sempurna, tidak punya
kekurangan, apalagi bila kesombongan itu tumbuh karena usianya yang sudah tua
dengan segudang pengalaman, ia akan menyombongkan diri kepada orang yang muda,
atau sombong karena ilmunya banyak dengan gelar kesarjanaan di depan dan di
belakang namanya, maka akan berlaku sombong kepada orang yang tidak lebih
tinggi pendidikannya. Kalau saran saja sudah tidak mau diterimanya, apalagi
kritik.
Ketiga,
Tidak senang terhadap kemajuan yang dicapai orang lain, hal ini karena apa yang
menjadi sebab dari kesombongannya akan tersaingi oleh orang itu yang
menyebabkan dia tidak pantas lagi berlaku sombong, karenanya orang seperti ini
biasanya menjadi iri hati (hasad) terhadap keberhasilan, kemajuan dan
kesenangan yang dialami orang lain, bahkan kalau perlu menghambat dan
menghentikan kemajuan itu dengan cara-cara yang membahayakan seperti memfitnah,
mengembangkan permusuhan hingga pembunuhan.
Keempat,
Menolak kebenaran meskipun ia meyakininya sebagai sesuatu yang benar, hal ini
difirmankan Allah Swt di dalam Al-Qur’an: Dan mereka mengingkarinya karena
kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini
(kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat
kebinasaan (QS 27:14).
3. Memutuskan Persaudaraan
Pada
dasarnya, manusia itu adalah makhluk yang bersaudara dengan sesamanya,
karenanya jangan sampai tergadi kebencian dan permusuhan tanpa alasan yang bisa
dibenarkan, Rasulullah Saw bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Tidak masuk surga orang yang memutuskan, yakni memutuskan
silaturahim (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).
Tidak dimasukkannya orang yang memutuskan silaturahim ke
dalam surga karena Allah Swt sangat murka sehingga laknat-Nya akan turun kepada
mereka, hal ini dinyatakan dalam firman Allah Swt: Maka apakah kiranya jika
kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan?. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya
telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka (QS 47:21-23).
Karena hubungan persaudaraan yang berasal dari satu rahim
ibu harus disambung dan diperkokoh, maka siapa saja yang memutuskannya akan
mendapatkan kutukan dari Allah Swt, dan bagaimana mungkin orang yang
mendapatkan kutukan Allah bisa masuk ke dalam surga, Allah Swt berfirman:
Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan
memutuskan apa apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (silaturrahim)
dan mengadakan kerusakan di muka bumi, orang-orang itulah yang memperoleh
kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (neraka). (QS 13:25).
Oleh karena itu, orang yang memutuskan silaturahim
dimasukkan oleh Allah ke dalam kelompok orang yang fasik dan mereka akan
menjadi orang-orang yang rugi, baik di dunia maupun di akhirat, hal ini
terdapat dalam firman Allah Swt: Dan tidak ada yang disesatkan kecuali
orfang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah
sesudah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan
Allah untuk menghubungkannya (silaturrahim) dan membuat kerusakan di muka bumi.
Mereka itulah orang-orang yang rugi (QS 2:26-27).
0 Response to "PERJALANAN HIDUP SETELAH DIMASUKAN LIANG LAHAT"
Post a Comment